Awalnya, penghuni puncak tak mau membuka mulutnya untuk memberi informasi kepada kami. Akhirnya, kami bertanya terlebih dahulu kepada Pak Ujang penjaga villa tersebut. Pak Ujang bilang kalau tempat itu memang angker. Kami mulai lega karena pada akhirnya Pak Ujang mau memberikan informasinya kepada kami.
“Pak Ujang teh udah pernah bilang pan sama eneng-eneng sama Aa-aa… Kalau tempat ini teh rada angker, ceuk Pak Ujang juga apa? Tapi eneng sama Aa teh tidak mau dengerin Pak Ujang jadi we gini jadinya. Pak Ujang teh disini suka liat awewe yang duduk diayunan pojok sebelah sana… terus suka denger suara bayi, trus Pak Ujang juga sok ningali lelaki anu bawa-bawa kepala dina tangannya. Tapi Pak Ujang mah tidak tahu Sejarah bangunan ini, soalna Pak Ujang mah kerja disini the baru 2 tahun. Kalau mau nanya sejarahna mah ka warga disini we.” Kata Pak Ujang dengan logat sundanya.
Kami pun bertanya kepada Bu Lina tetangga villa yang kami tempati. Perlahan kami paksa Ibu Lina untuk buka mulut dan perlahan Ibu Lina mau memberikan informasi yang diketahuinya. “Ibu, kami boleh tau tentang villa yang kami tempati? Apa disana berhantu? Soalnya sudah ada 1 teman kami yang tewas secara tragis disana lalu ada 1 teman kami yang hilang dikolam berenang.” Jelas Indra.
“Iya, ibu juga suka takut kalau lewat ke Villa Anggun Biru… Waktu itu kan nak Kevin juga denger suara bayi nangis… sebenarnya itu suara bayi yang sudah meninggal tapi Ibu Lina juga gak tahu meninggal kenapa sampe bisa menghantui kaya gitu. Mungkin kalian bisa tanyain ke pemilik villa ini” kata Ibu Lina.
Kami pun pergi menuju rumah Ibu Eli yang jaraknya tidak begitu jauh dari Villa Anggun Biru. Tok~Tok~!!! Kami mengetuk pintu rumah Ibu Eli. Dan kami membujuk Ibu Eli untuk menceritakan semuanya. Ya, memang membujuk Ibu Eli tidak sesulit membujuk Ibu Lina. Akhirnya, Ibu Eli pun menceritakan kepada kami.
“Ibu membeli villa itu waktu ada orang yang ketakutan, dia menjual villa itu dengan harga murah kepada ibu. Karena lumayan bisa jadi usaha ya sudah ibu beli saja villa itu. Waktu itu Ibu membuka pintu rumah itu, ibu ngeliat banyak mayat disana. Ada yang dimutilasi, ada yang dipenggal kepalanya. Ibu minta bantuan polisi aja, tapi sampe sekarang Ibu gak tau gimana sejarah bangunan itu. Kalau kalian mau tau lebih lanjut datengin aja alamat ini… cukup jauh sih dari sini sekitar 3 jam perjalanan soalnya rumah pemilik sebelumnya ada di Bandung” Jelas Ibu Eli.
Karena rasa penasaran dan ingin tahu yang tinggi, kami nekat untuk mendatangi alamat tersebut meski harus menempuh jarak yang jauh. Ketika diperjalanan kami terus berbincang tentang Villa Anggun Biru. Hujan deras mengguyur bumi dan saat itu pun sudah hampir malam.
Kami sampai dirumah itu, namun rumah itu kosong. Tetangga bilang kalau pemilik rumah ini pulangnya pukul 8 malam. Sedangkan, kami harus menunggu selama 1 jam karena Indra yang kelelahan menyetir sedari tadi Indra pun terlelap tidur. Suasana membuat kami mengantuk, akhirnya kami pun menyusul Indra untuk terlelap tidur.
Setelah itu datanglah sang pemilik rumah tersebut, dan mengajak kami masuk. Kami pun masuk, dan mengajak ngobrol. “Maaf sebelumnya, adik-adik ini siapa ya? Dan dari mana? Ada perlu apa datang kemari?” Tanya Ibu Vita memulai. “Permisi mengganggu sebelumnya, saya Kevin dan ini teman-teman saya kami datang dari Bogor Villa Anggun Biru. Kami mau menanyakan sesuatu” Jawab Kevin.
“Apa yang mau ditanyakan ya?” Tanya Ibu Vita. Jawabku, “ begini saya mau mengetahui bagaimana sejarah Villa Anggun Biru. Ibu Eli memberikan alamat Ibu kepada saya untuk menanyakan bagaimana sejarah pada bangunan tersebut”. “Oh begitu? Waktu itu . . . . “ Kata Ibu Vita.
( FLASH BACK . . . ) Caution No Childern !!!
Ketika itu, Ibu merupakan pembantu dari rumah yang sekarang sudah menjadi Villa Anggun Biru. Ibu bekerja pada sebuah keluarga yang terdiri dari 1 orang ibu yang cantik, 1 orang bapak yang muda dan tampan, 1 orang bayi dan 2 partner saya yang menjadi pembantu disana.
Ketika itu, mereka merupakan keluarga yang sangat harmonis. Hingga pada suatu hari, bapak Aldi stres menafkahi keluarganya karena kebutuhan yang sangat banyak. Akhirnya, pak Aldi sering mabuk dan pulang tengah malam. Hingga pada suatu hari saya melihat mereka bertengkar. Pak Aldi menyiramkan air keras kepada istrinya Ibu Amel.
Pada saat itulah, Ibu Amel mendendam terhadap pak Aldi ia mengambil samurai yang dipajang. Saat samurai ditangannya, Ibu Amel menebas leher pak Aldi begitu saja dan kepala pak Aldi pun terpisah dari tubuhnya sekejap. Dalam keributan itu, saya, Ijah dan Vivi mengamankan diri.
Bayinya ibu Amel menangis dan pada saat itu saya lah Baby sitternya tetapi saya tidak berani keluar dari dalam lemari. Saya mengintip sedikit dalam lemari. Astaga, Ibu Amel memutilasi bayinya yang saat itu masih berumur 3 bulan. Saya merasa ketakutan dan Ibu Amel melirik ke arah lemari.
Disitu saya berdoa agar aman, akhirnya saya aman dan ibu amel masuk ke gudang ditempat Vivi bersembunyi. Diam-diam saya mengintip ke dalam gudang, astaga penganiayaan macam apa ini? Teganya ibu Amel melukai dan menusuk kaki Vivi menggunakan pisau. Sungguh sadis saya pun langsung menangis.
Ibu Amel keluar dari gudang tersebut dan saya langsung bersembunyi di balik tirai jendela yang kebetulan sangat besar. Saya terus mengikuti Ibu Amel yang mencari penghuni rumah. Di halaman belakang, Ibu Amel melihat ada bi Ijah yang setengah baya itu bersembunyi. Bi Ijah sudah memohon-mohon agar tidak disakiti oleh ibu Amel.
Entah apa yang merasukinya, Ibu Amel melemparkan bi Ijah yang tak bisa berenang ke dalam kolam renang itu. Bi Ijah pun mati ditempat. Ibu Amel tetap mencari saya, namun syukurlah ia tak menemukan saya. Saya mengintip Ibu Amel ia membanjur dirinya dengan air keras. Dia menjerit kesakitang dan mendadak tewas mengenaskan.
Saya berlari memohon pertolongan namun keadaan disana sangat sepi. Saya pun melihat ada Ibu Eli yang lewat, saya langsung mengejarnya dan menjual rumah itu dengan harga yang murah sekitar 10 juta.
Ibu Eli pun menerimanya dan saat itu saya langsung kembali kesini.
“Dan begitulah ceritanya” kata Ibu Vita mengakhiri ceritanya. “Oh… jadi begitu ya bu? Sungguh tragis sekali kejadiannya” Kata Rangga menanggapi.
“Hoaaammm, gue pegel pegel nih mau tidur dulu di mobil. Bu, saya permisi dulu ya” kata indera dan langsung masuk ke mobil untuk tidur. “Oh, baiklah nak… Saya mau buat minum terlebih dahulu ya” Kata ibu Vita.
Saat Indera tidur, tiba-tiba ada yang mengetuk jendela mobil. Indera tak bangun juga, namun ketukan jendela semakin keras dan Indera pun terbangun. Saat melihat keluar jendela ia melihat sesosok wanita yang wajahnya rata sebelah. Persis seperti sosok yang dilihat oleh Keni pada waktu itu.
Indera menjerit dan tak tahu apa yang harus dilakukan, dalam waktu singkat sosok itu langsung menghilang.
Seketika, teman-temannya langsung mendatanginya dan bertanya kepada Indera. “Ada apaan dera?” Tanyaku pada Indera. Indera menjawab dengan nada suara ketakutan dan gugup, “Itu ta ta tadi a a a a ada cewek mu mu muka rat rat rata tap pi c cum Cuma se se seb sebe sebel sebel”. Kevin menampar Indera dan Indera pun langsung berbicara “sebelah” kata Indera meneruskan.
Blogwalking!
BalasHapusSalam kenal! ^^
Tulisannya bagus-bagus. Kelihatan sekali kamu telah sangat ahli dalam merangkai kata, dan menyusun kalimat. Pada intinya, teruslah menulis, karena menurut Pramoedya A. Toer, "Manusia boleh pintar setinggi langit tapi selama ia tidak menulis maka ia akan ditinggalkan dunia, ia akan dilupakan manusia di kemudiannya."
BalasHapusPepatah lain mengatakan, "Setetes tinta seorang penulis, sama dengan setetes darah seorang syuhada."